Aku tidak pernah tahu kehilangan ibuku bisa menjadi begitu berat dan
bisa menjadi sebuah titik balik dalam proses belajar menjalani hidupku. Sewaktu
kehilangan bapak 11 tahun lalu, aku hanya kehilangan beberapa cita-citaku.
Lebih tepatnya, aku sengaja menguburnya karena aku tidak berminat lagi. Tetapi
aku masih memiliki ibuku yang membuatku membangun cita-cita dan mimpi-mimpi
lain. Cita-cita dan mimpi-mimpi yang kunyanyikan setiap malam agar bisa kukirim
ke dalam otakku untuk segera meraihnya. Malam-malamku selalu indah. Sampai
ketika sebuah kabar penurunan kondisi kesehatan ibuku yang sangat drastis.
Tentu saja aku pernah bertanya pada Allah, mengapa aku harus
menghadapi ini, mengapa harus ibuku yang mengalaminya? Tentu saja aku pernah
memiliki pengandaian, andai ibuku sehat kembali seperti dulu. Tentu saja aku
pun pernah menangis karena tidak tahu harus berdoa tentang apa di antara
berbagai kelelahan yang kuhadapi.