Saturday 20 September 2014

Masih Mencela Fisik Orang? Kamu Kurang Bijaksana

Pernah dengar ga, sekelompok orang yang lagi ngobrol, dalam candaan mereka ada yang menyebut kekurangan fisik salah seorang dalam kelompok itu? Kadang nyebut tampang jelek lah, hidung mancung ke dalem, kulit gosong atau kekurangan-kekurangan lain. Atau pernah dengar orang yang ga percaya kalau si A itu saudara kandung si B karena si A ga secantik atau seganteng si B? Kadang dengan nada bercanda, kadang dengan nada jutek, kadang dengan nada dan ekspresi heran pake banget pake mengerutkan kening yang jangan-jangan keningnya emang udah berkerut. Pernah dengar, pernah menyaksikan atau malah sebagai pelaku? Saya ga pernah lihat yang kayak gitu, soalnya saya korbannya... #eh

Dalam berinteraksi, sadar atau tidak, selalu ada orang yang mencela fisik orang lain. Memang tidak dapat dipungkiri, penilaian pertama terhadap seseorang adalah fisik karena fisik terlihat jelas, kasat mata ga perlu pake mata hati. Sedangkan penilaian yang namanya perilaku, kepribadian dan sebagainya itu menyusul setelah berbincang, bekerja sama, bermain bersama, jalan-jalan bersama, atau apapun yang bisa disebut sebagai interaksi. Tetapi kalau penilaian fisik menjadi berlebihan sehingga terkadang berujung pada mencela fisik orang, ya manusiawi sebenarnya, tetapi itu bukan tindakan bijaksana. Saya menyebut itu tidak bijaksana karena beberapa hal seperti;
  1. Selalu ada orang yang tidak puas dengan kondisi fisiknya sendiri, merasa kurang putih, kurang mancung, kurang tinggi, kurang rata giginya dan kurang-kurang yang lain. Ketika ada orang lain yang mengucapkan kekurangan-kekurangan fisiknya, perasaan kurang puas akan semakin besar karena membuatnya merasa tidak diterima oleh lingkungan karena kekurangannya. Percayalah, saya pernah mengalaminya.
  2. Jika celaan karena fisik diucapkan kepada anak-anak, dari usia ketika dia mulai bisa memahami kata-kata sampai usia SMA, waspadalah, kata bang napi hal ini tidak akan pernah terlupakan sampai anak ini dewasa. Usia ini adalah usia pengenalan lingkungan dan pencarian jati diri. Jika dalam masa ini anak-anak mengalami pencelaan karena fisik, mereka akan menganggap yang diharapkan oleh lingkungan bukan seperti mereka dan mereka akan terus menganggap dirinya tidak layak. Meskipun ketika dewasa mereka akhirnya bisa bergabung karena menemukan lingkungan yang tepat, yang tidak mempedulikan fisik dan lebih mempedulikan kecerdasan, selalu ada bekas tentang kenangan masa anak-anak. Kalau tidak percaya, silakan tanya kepada beberapa orang yang memiliki kenangan serupa.
  3. Mengatakan kekurangan fisik orang lain, tidak akan membuatmu lebih menarik. Kata kasarnya begini, “kamu bilang dia ga cakep, emang kamu sendiri cakep? Trus kalaupun semua orang bilang kamu cakep, pas tua nanti kamu bakal keriput juga.” Kalau mau tahu yang lebih kasar begini, “kamu sekarang cakep tapi bisa aja tiba-tiba besok itu muka meleyot, mana kita tahu.”
  4. Tidak ada satu pun orang yang bisa meminta dilahirkan dengan fisik seperti apa. Kalau tampilan fisik bisa dipesan, pasti hanya yang bagus-bagus yang akan dipesan tetapi sayangnya, tidak ada sistem pesanan. Pernah dengar kalimat ini, ‘fisik itu diberikan, mental itu diusahakan’? Jadi yang namanya fisik itu terima jadi, bukan kita yang membuat, yang menjadi urusan kita adalah mental kita, mau kita buat seperti apa.

Jika poin-poin di atas masih belum bisa menghentikan kita dari yang namanya mencela fisik orang, alangkah baiknya kita belajar mengendalikan diri. Atau kita bisa mencoba mempelajari proses pembentukan janin. Janin yang berasal dari sel telur, berkembang seperti kecebong, ada ekornya lho. Iya, kita punya ekor, kalau tidak percaya, silakan cek di buku biologi atau silakan pegang sendiri tulang belakang, urut terus sampai ke bawah, di antara tulang duduk, ada tonjolan tulang agak runcing, itulah tulang ekor. Dulu tulang ekor ini panjang, untuk melihat lebih jelas proses pembentukan janin sampai siap dilahirkan, silakan lihat gambar di bawah ini.
Gambar dari sini
Bagaimana fisik kita? Jelek kan? Ga ada bagus-bagusnya kan? Lalu kita dibuat menjadi seperti sekarang, yang fisiknya lengkap, bersyukurlah, yang mendapat bonus muka mirip personil One Direction atau Cherrybelle, bersyukurlah, hidup kalian lebih mudah karena tidak akan mengalami celaan fisik apapun. Untuk yang sering dicela, bersabarlah, kita masih punya otak untuk digunakan semaksimal mungkin karena yang cakep belum tentu otaknya digunakan secara maksimal.

Saya punya beberapa tips untuk kalian yang memiliki kecenderungan mencela orang secara fisik.
  1. Ingat, fisik bisa berubah kapanpun, sekarang cakep, besok apapun bisa terjadi, mungkin jerawat, keriput atau kebakar matahari sampai gosong, kejedot tembok sampai lebam hal-hal ekstrim lain.
  2. Jaga mulut lidah, hati-hati berkata-kata, ada otak itu buat mikir, bukan buat pajangan kata-kata yang kira-kira jika diucapkan untuk kita bisa menyakiti, jangan pernah ucapkan kepada orang lain.
  3. Yang paling penting, jangan pernah lupa, fisik itu ciptaan siapa? Kalau kita mencela fisik, siapa yang sebenarnya kita cela?

Untuk yang sering dicela fisiknya, saya juga punya tips
  1. Tenang, kita memiliki otak yang sama, sama-sama makan nasi, sama-sama menginjak tanah, sama-sama lengket kalau keringatan, tapi ‘kemauan’ menggunakan otak berbeda-beda. Mengapa ada orang pintar dan ada orang kurang pintar? Karena kemauan belajar kurang, kemauan memaksimalkan otak kurang. Saya sebut kemauan karena banyak anak muda yang maunya hanya bersenang-senang, jalan-jalan dan melupakan belajar untuk masa depan. Jadi, kita harus memiliki kemauan pada hal-hal yang lebih baik, kita maksimalkan apa yang kita miliki, dan jangan lupa bersyukur karena merasakan sakitnya dicela, jadi jangan sampai kita mencela orang lain.
  2. Sakitnya terasa sampai bertahun-tahun? Nikmati saja, dan maafkan, karena mereka yang mencela itu adalah mereka versi anak-anak. Ketika kita dewasa, mereka juga dewasa, kemungkinan besar mereka sudah lupa pada apa yang pernah mereka katakan. Jadi untuk apa kita masih ingat? Ingat boleh tetapi memaafkan lebih penting.
  3. Biasanya yang suka mencela itu adalah anak-anak yang kurang perhatian. Mereka suka mencari perhatian dengan cara apapun. Ketika dengan berlaku yang baik-baik tidak membuat mereka diperhatikan, mereka akan melakukan apapun agar keberadaannya disadari. Coba perhatikan lebih teliti, mereka yang berperilaku seperti ini biasanya temannya sedikit, jarang duduk mengobrol bersama keluarganya, jarang mendengarkan cerita-cerita tentang budi pekerti dari neneknya, dan jarang bertukar pengalaman orang-orang yan glebih berpengalaman.
Dan, ada satu tips untuk kita semua, ketika kita menjadi orang tua nanti, luangkanlah waktu untuk anak-anak kita. Waktu yang tepat untuk memperbaiki perilaku adalah ketika masih anak-anak, ketika dia masih polos, sehingga bisa kita ukir menjadi apapun yang baik dan indah.

6 comments:

  1. iya en, saya sebel, aku kan gingsul ya, dan nabilah jkt48 aja gingsul baik-baik aja, tapi ada yang suka nyuruh aku pake behel, katanya kamu cantik2 gigimu jelek....hua...pengen nangis, padahal aku aja nyaman-nyaman aja

    terus alisku kan tipis, ada yang suka nyuruh2 pakai pensil alis, kalau aku aja nyaman dengan fisik ku , kenapa banyak yang rese' ya....aku sebel

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mungkin mereka lelah, Ndaru. Santai ajaaa... :D
      Aku lebih banyak lagi dikomentarin ornag soal fisik...

      Delete
  2. eh en, aku komen lagi, pas kecil tuh temen2 ku rasanya cakep cakep, putih2 , cantik, ganteng, dan aku pernah minder, tapi pas aku ketemu gedenya, pas sama sama tua, kagak jadi cakep juga mereka.

    ReplyDelete
  3. SETUJU sm yg mba En bilang..
    ooh ya sama2 org jambi kito mba :D

    Aku jg sering bgt dibully soal fisik, bb naik di bilang kek mak2 ank 3, pas bb mulai normal dibilang lg punggung lebar lah, kulit kuning bangsat lah dsb..
    cm aku senyumin aja org2 gt.. aku anggap mereka adlh manusia2 kurang piknik.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waaah, toss Jambi.... Hohoho....

      Pemikiran yang bagus, aku kok mikir gitu ya, aku ini terlalu baper sih

      Delete