Friday 25 March 2016

Malala ke Susel dan Sulbar

Kaget saya lihat tanggal ternyata sudah 25 Maret 2016, jadi ingat belum bayar kos belum ada postingan apa-apa dua bulan ini. Membaca blog orang aja saya gak sempat apalagi nulis untuk blog sendiri... Huhu, harap maklum, saya lagi sibuk membaca paper dan mengerjakan tugas kuliah demi masa depan yang cerah ceria bak mentari sehabis gerhana

Lalu saya bingung mau nulis apaan, jadi saya mau curhat aja soal jalan-jalan saya bulan Januari lalu, jalan-jalan yang terjadi karena bosan di rumah pas libur panjang, udah suntuk setengah mahadewa, yang mustinya mikirin topik tesis malah tiap lihat laptop berasa sebagai makhluk tak berguna karena tak memiliki ide apa-apa. Jadilah, minta izin emak dengan bantuan mbak tercinta biar diizinin ke mana-mana. Maklum ya, saya anak kesayangan, jadi emak rada-rada ragu melepaskan saya pergi sendirian, apalagi rencana mau ke Papua yang dengan keras ditentang karena kejauhan, akhirnya memutuskan ke Sulawesi saja.

Beli tiket Senin untuk berangkat hari Rabu. Mepet ya? Iya, saya emang ga biasa beli tiket jauh-jauh hari. Ya maklum, saya sering galau, berubah pikiran, dan sering ga dapat izin, jadi ya kalau sudah dapat izin, ikhlas lahir batin dari emak tercinta, baru beli tiket. Ke mana dulu kita?

Makassar, Coy... Penasaran ama Pantai Losari dan Taman Bantimurung (Sulsel). Awalnya sih pengen ke Malino tapi ga ada partner dan sepertinya ada firasat hari Senin depan bakal disuruh ngampus, jadi diurungkan saja.

Nyampe bandara Makassar, saya cuma bisa bengong, apaan coba? Ya karena ga ngerti ama bahasa setempat, hikhik...

Ni foto miring gini ga tau kenapa, mungkin karena saya masih jetlag
Tapi ya, santai saja, percaya pada Allah kalau niat baik, dapatnya baik, jadi ya lanjuuuttt aja... Cek penginapan dulu, cek Google Maps, cari info penginapan paling dekat dengan anjungan pantai Losari, lalu chao kita naik bus Damri. Bayar 27.000 rupiah sampai kota Makassar dari bandara yang ada di Kabupaten Maros. Nyampe Makassar, turun bus secara random aja, yang penting posisi sudah dekat penginapan yang diincar, soalnya jalur bus ini ga lewat tu penginapan, spekulasi soal harga dan ketersediaan kamar, sudah biasa, heheh...

Terus, naik becak. Ingat ya, sebelum naik becak, tanya harga dulu, jangan naik dulu baru nanya harga. Biar sama-sama enak, gak kaget juga ama harga nanti.

Abis naroh barang di penginapan, sebagai anak BPS yang baik, saya nyamper ke kantor BPS dong, ga sempat foto sih, malu jalanan rame, heuheu... Tapi karena mampir, jadi dapat makan siang gratis dong, hahahah.... Ga tanggung-tanggung lah, kita makan Konro Bakar Karebosi, saya sebut, mencicipi makanan langsung di 'negara'nya. Makasih buat pak Said dan pak Samad...



Abis makan, keliling dong, ditunjukin Benteng Rotterdam, China Town, Lapangan Karebosi yang punya Mall di bawah lapangan, dengan jalan penghubung ke MTC (di seberang jalan) ada di bawah jalan raya. Foto-fotonya entah ke mana ya, soalnya ada tragedi hp ikutan berenang pas di Sulbar, jadi ga tau fotonya kesimpen di micro SD atau kesimpen di Hp. Hiks hiks, untungnya masih ada banyak di micro SD.

Pantai Losari
Satu pesan saya kalau mau ke sini, jangan sendirian, canggung, Coy... Lihat sekeliling, adanya rombongan anak-anak muda, sekeluarga, dan yang lebih menyakitkan, banyak yang berpasangan. Pokoknya ya, jangan pernah ke sini sendirian apalagi kalo kamu jomblo, kecuali pagi-pagi buta waktu masih sepi, jadi bisa duduk puas-puas nunggu pagi terang tanpa terganggu orang berlalu-lalang gandeng pasangan.

Masjid Terapung
Ga sempat nyari angle yang pas karena pengen buru-buru pergi
tengsin lihat semua bawa pasangan, sementara saya sendirian
Ini pantai Losari pas sunset, jangan tanya mana tulisannya
di tulisan pantai Losari itu banyak orang foto-foto dan
saya ga suka ada sosok manusia di foto landscape
Anjungan Pantai Losari, adem semilir, sayangnya saya sendirian
Sekitar pantai ini juga banyak tempat nongki-nongki (nongkrong) sambil makan pisang epe aka pisang kepok yang digepengkan dan digoreng, dengan taburan cokelat atau keju, silakan pilih saja. Atau mau mencicipi minuman bernama sarabba, angeeett, boookkk.....

Taman Nasional Bantimurung - The Kingdom of Butterflies
Kamu pecinta kupu-kupu, pecinta kebebasan kupu-kupu, jangan ke sini karena banyak souvenir dari kupu-kupu yang diawetkan, takutnya kamu baper trus nangis-nangis di antara para pedagang.


Dari Makassar jam 7 pagi, naik becak, bilang ke abang becaknya ke tempat angkot yang menuju Daya, ntar bakal dibawa ke lokasi. Menuju Bantimurung, musti naik angkot tiga kali, pertama dari Makassar ke Daya. Dari Daya naik angkot menuju Maros, lanjut angkot menuju taman Bantimurung. Oiya, di sini namanya bukan angkot ya, namanya pete-pete, bentuknya mah sama aja ama angkot, cuma beda nama panggilan. Tak disangka, sampai di lokasi ngetem angkot, si bapak becak bilang ke sopir angkot begini (versi bahasa Indonesia), "nanti carikan angkot menuju Maros buat adek ini", eeaaaaakk, bapak becak yang so sweet.. Yang lebih tak disangka juga, pas nyampe Daya, si bapak sopir bilang, "nanti turun di depan saja, dicarikan pete-pete yang sudah penuh, biar langsung berangkat," duileeeehh, sweet kali orang-orang Sulawesi ini... Langsung berbunga-bunga hati saya, rasa pengen ngasih sekuntum mawar kuning tanda persahabatan... Naik becak 10.000 saja, sedangkan angkotnya, masing-masing 7.000.

Sampai di Taman Bantimurung, belum jam 9 pagi, masih sepiiii, dan banyak kupu-kupu, setiap jalan, diikuti kupu-kupu, berasa jadi peri di dongeng-dongeng. Tapi menjelang siang, saat ramai orang, jumlah kupu-kupu berkurang, mungkin sembunyi kali ya.

  
Ada Museum Kupu-Kupu, yang isinya macam-macam kupu-kupu diawetkan plus nama-nama ilmiahnya, air terjun, gua Mimpi dan gua Batu, yang butuh keteguhan hati apalagi kalau sendiri karena harus berjalan kaki di jalan tanjakan sekitar 1 km dengan kondisi kanan kiri yang masih hutan alami. Seru, sodara-sodara. Tapi sudah dibuatkan jalan beton kok, tenang saja.


Di bawah air terjun, banyak yang berenang-renang dan ada penyewaan ban. Silakan yang banci air, di sini bebas jejeburan...

Mamuju-Sulbar
Pesawat Makassar-Mamuju. Pesawat baling-baling.
Saya sempat baper, ada ngeri-ngerinya gitu.

Kalau Makassar terlihat kota sekali, Mamuju terlihat desa sekali, segeeerrr, di mana-mana hijau... Tapi tempat ini ga cocok buat kalian yang suka keramaian, ini tempat cocoknya buat saya yang suka ketenangan, kehijauan, dan udara minim polusi, heheheuuu...

Kalau Makassar punya pantai Losari, Mamuju punya pantai Manakarra.Njepretnya buru-buru, harap maklum ya, sambil baper lihat orang gandengan.
Rencana sih ke Majene, lihat pantai Dato yang terkenal itu, tapi apa daya, firasat tentang Senin musti ngampus, terbukti benar. Turun dari pesawat, ada email masuk yang memberitahukan hari Senin harus ke kampus ada pertemuan dengan dosen wali. Padahal sampai Mamuju Jumat sore. Bisa terbayangkan bukan, langsung rusak mood saya. Berarti hari Minggu harus sudah berangkat pulang, karena harus ke Makassar dulu, terus ke Jakarta. Senin pagi ke Bandung. Duileh, gatot ke pantai Dato.

Ya sudah, kita ke pulau Karampuang saja, sekalian mengabadikan kehidupan pulau. Ya, sekali lagi, kalian yang suka keramaian dan suka baper ama yang namanya wilayah terpencil tanpa listrik dan minim sinyal buat internet, tempat ini ga cocok buat kalian. Kalau buat saya sih, tempat ini menyenangkan. *tabur bunga

Nyebraaang, saya suka moment semacam ini.
Di belakang itu guru-guru SD di Karampuang.
Pulau Karampuang
Ada tiga Sekolah Dasar di pulau ini, muridnya adalah anak-anak yang tinggal di pulau ini dan anak-anak di sekitar pantai di Mamuju. Katanya sekolah lain lebih jauh, jadi lebih dekat nyebrang ke pulau Karampuang. Guru-gurunya dari Mamuju. Saya sempat menyusuri pulau ini ditemani salah satu guru SD. Terima kasih, Pak... (lupa namanya, kesimpen di hp yang rusak).


Nice
Dermaga buat jalan-jalan, ada juga anak-anak yang bangun tenda di sini.
Saya agak baper lihat mereka berduaan gini.
Bisa menyewa 10.000 per item.
Pelampung, snorkle, kacamata total 30.000.
Anak-anak pulau Karampuang.
Baru nyadar beberapa hari lalu kalau mereka tidak semuanya bersepatu.
Oke, sampai jumpa di jalan-jalan berikutnya. Pastikan ke daerah yang jauh dan jarang dijamah wisatawan.. Terima kasih Mas Fahrur, Inung, dan Om Oki sekeluarga..

2 comments:

  1. katanya takut liat foto selfie, tapi sendirinya banyak selfie :p *OOT

    ReplyDelete