Tuesday 24 May 2011

Menanti Pelangi


Kemarin masih mendung, setelah hujan menghajar semalaman. Dengan semangat, aku duduk di teras rumah sejak pukul 6 pagi, menanti pelangi. Menurut teori fisika, sinar matahari akan diuraikan oleh titik-titik air menjadi pelangi. Dengan catatan, langit cerah karena warna pelangi akan tampak di dasar yang cerah atau berwarna putih.

30 menit, masih mendung, padahal 30 menit lagi pintu gerbang sekolah pasti sudah ditutup. Aku bersikeras menunggu 15 menit lagi meskipun teriakan ibuku dari dapur sudah tak sabar menyuruhku segera berangkat sekolah.

15 menit habis. 15 menit lagi pintu gerbang sekolah ditutup. Masih mendung. Aku segera berlari meninggalkan rumah. Tak sempat pamit, apalagi cium tangan orang tua. Aku hanya berteriak dari halaman rumah.

Beberapa menit berlari, berhasil membuat napasku tak karuan. Aku memutuskan jalan saja. Jalan cepat tentu saja. Tak kulihat lagi anak-anak lain di jalan. Mereka pasti sudah ada di sekolah.

Predikatku sebagai anak datang siang pasti semakin kuat setelah ini. Biarlah.

Sepanjang jalan, aku masih menoleh ke arah langit, berdoa mendung segera pudar. Aku hanya ingin melihat pelangi. Pelangi pelangi....

Aku sudah sampai di depan sekolah, bingung karena sekolah sepi. Jangan-jangan ada acara di luar sekolah dan aku ditinggal. Duuhh, bagaimana ini?

"Wan, ngopo kowe?" suara Giar di belakangku.
"Kok ra sekolah? Malah dolanan sepeda?" aku bingung melihat Giar dan Sis tertawa-tawa di atas sepeda.
"Lha kan libur, piye kowe iki?" Giar dan Sis tertawa lagi.

Ternyata aku lupa, hari ini guru-guru penataran, sekolah libur. Oh, pelangi, andai engkau hadir hari ini, aku tak kan kecewa dua kali....

No comments:

Post a Comment